Pada tahun 1967 beberapa keluarga Kristen yang berdomisili di daerah Kabluk, Jambusari, Banteng, Gajah, Sendangguwo dan sekitarnya merasakan perlunya ada tempat ibadah yang dekat sekitar wilayah itu. Karena tekad yang begitu menggebu maka kurang labih 14 KK yang ada mulai berusaha mencari tempat yang memungkinkan, dan puji Tuhan, Tuhan menjawab doa mereka melalui Bp. Soemitro yang tinggal di Jl. Banteng VI, dengan sukarela menyediakan rumah tempat tinggalnya untuk kebaktian.
Namun tak berapa lama Bp. Soemitro harus pindah tugas ke luar kota sehingga warga berupaya mencari tempat kembali. Doa dijawab oleh Tuhan, Bp. R. Moersid Yonan yang tinggal di Jl. Banteng Raya 10 menyediakan tempat tinggalnya untuk kebaktian warga. Waktu terus
berjalan semakin hari semakin banyak warga baru yang mengikuti kebaktian sehingga tempat itu tidak lagi mampu menampung, akhirnya harus berpindah tempat ibadah yaitu di rumah Bp. S. Poerbosoesanto yang ditempati oleh Sdr. Indratmo,BA di Jl. Badak Raya yang dipandang lebih luas.
Kebaktian terus berjalan, dengan bertambahnya warga juga akhirnya menjadi masalah kurang prasarana untuk ibadah yaitu tempat duduk/kursi, kemudian disepakatilah “aksi satu kursi” masing-masing KK membawa sebuah kursi untuk sarana ibadah. Kegiatan ibadah ini didampingi oleh 2 orang tua-tua yaitu Bp. Moersid Yonan dan Bp. Jatnooetomo HW, mulailah digiatkan PA, Sekolah Minggu, katekisasi dan juga perkunjungan warga. Kelompok persekutuan ini tidak lain adalah warga GKJ Semarang Timur yang ada di sekitar Kabluk, sehingga merupakan cikal bakal GKJ Semarang Timur Pepanthan Kabluk.
|