<<< Kembali
BERTUMBUH DALAM ANUGERAH
Beberapa waktu yang
lalu dunia pernah digemparkan dengan sebuah penelitian dalam bidang botani
terkait dengan “perasaan yang dimiliki oleh tanaman”. Kita bisa berselancar (searching) di media sosial bagaimana
beberapa peneliti mencoba menemukan pengaruh perlakuan yang diberikan kepada
tanaman, ditinjau dari perkembangan dan hasil yang didapatkan nantinya.
Beberapa kelompok tanaman dengan jenis yang sama ditempatkan dalam lingkungan yang
sama persis, tetapi diberikan perlakuan yang berbeda. Tanaman dalam kelompok
yang pertama dibiarkan hidup begitu saja, tentunya tetap disiram dan dipupuk
sesuai dengan kebutuhannya. Tanaman dalam kelompok yang kedua diperlakukan sama
seperti tanaman pada kelompok pertama, namun ditambahkan perlakuan khusus yaitu
disentuh dan diajak berbicara secara positif. Tanaman dalam kelompok kedua
diperlakukan seperti halnya makhluk yang bisa merespon. Daunnya disentuh,
dipegang, bahkan dielus. Demikian juga batangnya diusap dengan tangan. Tidak
lupa kata-kata sugestif yang positif senantiasa dibisikkan walaupun tanaman itu
tidak bertelinga. Hasilnya menunjukkan ada perbedaan pertumbuhan dan hasil dari
tanaman yang diperlakukan berbeda. Tanaman dalam kelompok pertama memang tetap
bertumbuh dan berbuah, tetapi tanaman yang diperlakukan khusus rupanya
menunjukkan tingkat pertumbuhan, tingkat kesegaran, dan hasil bunga/buah yang
lebih dibandingkan dengan kelompok pertama. Kesimpulan yang diambil adalah
kondisi memang mempengaruhi perkembangan, tetapi rasa yang diolah dengan baik
lebiih memberikan dampak. Mungkin anda bisa juga melihat ada banyak penelitian
yang hampir sama, yang dilakukan kepada air dsb. Memang aneh, tetapi itulah
kenyataannya.
Demikian juga orang
percaya sering diumpamakan sebagai sebuah pohon yang tumbuh di tengah semesta. Kita
hidup bersama-sama dengan semua ciptaan yang lain dan berada dalam kondisi yang
sama. Kita hidup di dunia yang sama, dengan situasi yang sama, dengan matahari
dan hujan yang sama. Akan tetapi kita memiliki perbedaan dengan ciptaan yang
lain ketika kita mengarahkan diri untuk melihat siapa yang memelihara kita dan
bagaimana pemelihara kita memperlakukan kita. Pemazmur dalam refleksinya
menyadari benar keberadaannya di tengah dunia. Pemazmur adalah orang yang dekat
dengan Tuhan, maka pemazmur menyadari Tuhan memampukan dan mensugesti dirinya
untuk bertindak benar. Ayat 1 dan 2 dimaknai pemazmur sebagai relasi dan
sugesti yang diberikan Tuhan kepada pemazmur. Pemazmur merasakan hidupnya
disugesti oleh Tuhan untuk melakukan hal-hal yang benar (tidak berjalan menurut nasihat orang fasik) dan diajak untuk hidup
dalam sentuhan Tuhan (merenungkan Taurat
Tuhan). Pemazmur diperlakukan berbeda dengan orang-orang lain yang tidak
mengenal Tuhan, karena tanpa sugesti dan perlakuan khusus dari Tuhan, pemazmur
tidak akan mampu melakukan semua itu. Maka ketika pemazmur merespon perlakuan
Tuhan itu, pemazmur merasakan hidupnya bertumbuh dan berkembang secara berbeda
dengan orang-orang di sekitarnya. Ayat 3 dan 4 menunjukkan perbandingan keadaan
orang yang menanggapi perlakuan khusus dari Tuhan dalam imannya dengan orang
yang hidup biasa-biasa bahkan cenderung negatif. Hasilnya berbeda, keadaannya
berbeda, sekalipun situasinya sama.
Sebagai orang
beriman kita percaya bahwa Tuhan SUDAH (ini
perlu ditekankan) memberikan perlakuan yang khusus kepada kita. Ia berkenan
menyelamatkan kita dari dosa, bahkan menganugerahkan relasi khusus kepada kita
sebagai Bapa dan anak. Kita perlu menyadari bahwa Tuhan sudah memberikan
sesuatu yang berbeda dibandingkan dengan apa yang diterima oleh orang-orang
lain yang tidak percaya kepada-Nya. Maka sekalipun kita hidup di langit dan
bumi yang sama, kita memandang matahari dan bulan yang sama, kita basah oleh
hujan dan kering oleh panas yang sama, sejatinya kita diajak untuk memiliki
pertumbuhan dan buah yang berbeda dibandingkan orang-orang lain. Yang perlu
dibangun adalah kesadaran seperti yang dimiliki oleh pemazmur, yang menyadari
bahwa Tuhan sudah memperlakukan dan mensugesti dirinya untuk memiliki perbedaan
dari sesama yang tidak mengenal Tuhan. Dengan demikian, sama seperti pemazmur,
kita pun akan memiliki kualitas hidup yang berbeda, yang lebih baik tentunya,
dibandingkan dengan mereka yang tidak mengenal Tuhan. Tuhan memberkati. Salam.
|